Kamis, 19 April 2012

Membiasakan Diri Menabung

Oleh: Safir Senduk
"Saya ingin sekali menabung, tetapi sepertinya uang saya habis terus. Selain itu, anak-anak juga minta dibelikan sepatu, dan saya kan juga perlu beli ini, itu...…"

Kata-kata tersebut di atas mungkin akrab di telinga, atau mungkin Anda sendiri mengalaminya: Anda ingin sekali bisa menabung, tetapi dalam prakteknya, hal itu sulit dilakukan. Apakah Anda tergolong orang yang seperti itu? Anda selalu kehabisan uang di akhir bulan sehingga tidak bisa menabung?

Jangan kecil hati. Semua orang hampir pasti mengalaminya. Menabung, atau melakukan investasi secara rutin, seringkali dilakukan untuk berbagai macam tujuan. Dengan menyisihkan uang Anda secara rutin, maka uang yang terkumpul tersebut bisa sangat bermanfaat.

Seseorang yang memiliki penghasilan sebesar Rp 1 juta per bulan, misalnya, setelah setahun hanya memiliki saldo rekening Rp 200 ribu di rekeningnya. Setelah ditanya kenapa jumlah saldo rekeningnya cuma sebesar itu setelah bekerja setahun lamanya, ia mengatakan seringkali penghasilannya habis dipakai dalam sebulan sehingga ia tidak bisa menabung. Padahal, kalau ia mau menabung sebesar Rp 100 ribu saja setiap bulannya, maka pada akhir tahun ia sudah akan memiliki jumlah saldo rekening sebesar Rp 1,2 juta, plus bunganya!

Menabung Dulu, Baru Sisanya Dibelanjakan

Saya akan memberi satu cara buat Anda. Kalau selama ini Anda selalu berbelanja dulu dan tak sempat menabung, kenapa sekarang Anda tidak membalik proses itu? Ketika Anda mendapatkan gaji pada tanggal 25, misalnya, sisihkan dulu sebagian uangnya untuk menabung, baru kemudian sisanya dibelanjakan. Bila itu Anda lakukan secara rutin, maka setelah setahun, Anda sudah akan memiliki simpanan dalam jumlah besar.

Yah, mungkin saja uang yang bisa Anda belanjakan jadi berkurang. Tapi, itulah konsekuensinya: Anda perlu memiliki sejumlah dana sebagai cadangan untuk masa depan!

Sebagai contoh, penghasilan Anda adalah Rp 1 juta per bulan. Tadinya, Anda biasa membelanjakan Rp 1 juta tersebut sampai habis. Sekarang, dengan Anda menabung Rp 100 ribu per bulan di muka, maka total pengeluaran Anda cuma tinggal Rp 900 ribu saja pada bulan yang bersangkutan. Bila merasa itu tidak cukup, maka Anda harus melakukan satu di antara tiga pilihan dibawah ini:

1. Meningkatkan pendapatan Anda
Dalam contoh di atas, pendapatan Rp 1 juta ditingkatkan menjadi Rp 1,1 juta. Dengan Anda tetap menabung Rp 100 ribu, maka pengeluaran Anda bukan lagi Rp 900 ribu, tetapi kembali menjadi Rp 1 juta.

2. Menekan Pengeluaran Anda
Dalam contoh di atas, Anda bersedia untuk menekan pengeluaran Anda yang tadinya Rp 1 juta menjadi Rp 900 ribu.

3. Melakukan Keduanya
Dengan meningkatkan pendapatan dan menekan biaya hidup. Dalam contoh di atas, Anda bisa meningkatkan pendapatan Anda menjadi Rp 1,1 juta, dan menekan pengeluaran Anda menjadi Rp 900 ribu. Dengan demikian, Anda justru memiliki selisih yang lebih besar lagi untuk ditabungkan.

Semua berpulang pada Anda. Yang paling penting, biasakan diri untuk menabung. Apabila Anda mengalami kesulitan untuk menabung karena alasan selalu kehabisan, maka Anda bisa menabung di muka begitu Anda mendapatkan penghasilan. Ingat selalu: Anda perlu dana cadangan untuk masa-masa yang terduga kelak.

Ke mana Menabung?
Ada banyak pilihan yang bisa Anda gunakan sebagai tempat menabung. Salah satu tempat menabung yang paling populer bagi orang Indonesia adalah tabungan di Bank.

Kelebihannya, dana dalam tabungan bisa diambil kapanpun Anda inginkan. Kelemahannya, pada saat ini, umumnya tabungan di Bank hanya memberikan bunga kecil.

Selain itu, Anda mungkin juga bisa menabung dengan membeli emas. Bila Anda menabung sebesar - katakan - Rp 200 ribu per bulan, Anda mungkin bisa membeli emas yang jumlahnya sesuai dengan nilai uang yang Anda tabungkan. Pada saat ini, banyak tersedia koin emas yang bisa dibeli dengan jumlah satu gram saja.

Sebagai alternatif, Anda bisa juga menabung ke dalam bentuk investasi seperti reksa dana. Reksa Dana adalah sebuah bentuk investasi di mana uang yang Anda tabungkan akan dikelola oleh sebuah tim manajer investasi untuk diinvestasikan ke dalam berbagai macam produk investasi. Untuk bisa berinvestasi dalam Reksa Dana, bisa dimulai dengan jumlah persyaratan dana minimal sebesar Rp 100 ribu.

Rabu, 18 April 2012

Rencanakan Keuangan Keluarga Sebelum Terlambat


Uang memang bukan segalanya, namun mengatur uang bisa membuat banyak mimpi tergapai.
Lain dulu, lain sekarang. Dulu menabung mungkin sudah bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Saat ini, Anda juga harus bekerja lebih keras agar bisa memenuhi tujuan-tujuan keuangan. Namun tahukah Anda, merencanakan keuangan dan disiplin menjalankannya akan meringankan beban finansial. Anda malah bisa membuat uang “bekerja“ untuk Anda atau mencapai financial freedom . Bagaimana caranya? Ikuti pembicaraan NOVA dengan Tejasari CFP  dari Tatadana Consulting  mengenai pentingnya merencanakan keuangan.

Q: Kenapa kita harus merencanakan keuangan?
A: Dengan merencanakan keuangan, kita akan lebih mengetahui seperti apa kondisi keuangan, apa tujuan keuangan yang ingin dicapai, dan bagaimana mencapai tujuan tadi. Jika kita tidak mempunyai rencana, uang tak jelas ke mana dan kadang-kadang kita memakai seenaknya saja. Misalnya, menabung tetap jalan, tapi pemakaiannya tidak jelas karena tidak ada perencanaan. Akhirnya setiap menabung, tahu-tahu uangnya selalu habis.
Padahal dalam hidup ini terdapat kebutuhan-kebutuhan utama. Seperti jika mempunyai anak, orangtua harus membayar dana pendidikan. Atau, suatu hari kita akan pensiun dan pasti membutuhkan dana pensiun. Ada juga keinginan naik haji atau kewajiban menikahkan anak perempuan. Tujuan-tujuan ini seharusnya bisa kita cicil dari sekarang. Sementara jika kita tak memiliki rencana maka tujuan-tujuan tadi bisa membuat keuangan kita kacau. Akan lebih menyenangkan jika ada rencana dan dijalankan dengan disiplin.
 
Q: Betulkah merencanakan keuangan dengan investasi juga melindungi dari inflasi?
A: Inflasi adalah kenaikan harga dari suatu barang. Jika dijelaskan dengan sederhana, inflasi bisa diibaratkan dengan harga permen saat saya kecil, harganya Rp 5, sekarang harganya Rp 500. Ada kenaikan sebanyak 100 kalinya dalam beberapa tahun, tinggal dibagi, inilah inflasi.
Cara melindungi diri dari inflasi adalah merencanakan keuangan dengan berinvestasi. Pilih yang keuntungannya lebih tinggi dari inflasi. Jadi kalau kita tahu inflasi tahun lalu sebesar 4% berarti kita harus berinvestasi dengan return lebih besar dari 4% agar nilai uang kita tidak turun. Untuk dana pendidikan yang kenaikan biayanya lebih tinggi dari inflasi (sekitar 15%), maka return 4% saja tidak cukup.
 
Q: Para financial planner  sering menggunakan asumsi inflasi yang besar. Apa tujuannya?
A: Asumsi inflasi dipakai financial planner untuk memperkirakan berapa inflasi di masa depan. Financial planner selalu memakai angka (inflasi, Red) yang besar karena menggunakan rata-rata inflasi sebelumnya, yang kadang-kadang lebih tinggi dari kenyataan. Asumsi dibuat lebih besar juga karena kalau asumsinya kecil dan ternyata inflasinya jadi besar, tujuan tidak tercapai dan sudah telat, bahkan perlu dana lebih untuk menambah investasi. 

Q: Usia berapa seseorang harus mulai merencanakan keuangannya?
A: Idealnya setelah bekerja karena ketika kita mempunyai uang, kita harus bisa mengalokasikan uangnya untuk apa. 

Q: Jika demikian, berarti merencanakan keuangan tak harus selalu sesudah menikah atau bekeluarga?
A: Justru lebih gampang jika kita memulai rencana saat single karena belum ada beban dan tanggungan. Apalagi mereka yang masih single cenderung lebih berani berinvestasi. 

Q: Lantas bagaimana dengan mereka yang sudah berkeluarga, tapi baru memulai merencanakan keuangan sekarang?
A: Tidak ada kata terlambat untuk merencanakan keuangan. Hanya ia harus menyesuaikan tujuan keuangan dengan kondisi keuangan yang sekarang. Tidak muluk-muluk. Istilahnya, enggak bisa setinggi langit lagi, mungkin setinggi menara.
Misalnya, baru merencanakan anak ke Amerika Serikat saat anak sudah remaja, ya bisa saja, tapi perlu dana yang cukup besar. Tapi, sebagai alternatif, masih bisa untuk menyekolahkan anak di sekolah swasta yang bagus atau universitas di Australia, jika masih memungkinkan. Namun daripada tidak sama sekali, lebih baik segera rencanakan keuangan Anda dan keluarga.
 
Q: Orang sering bingung ketika ditanya tujuan keuangannya. Malah ada yang menjawab, “Ingin kaya.“ Padahal kaya kurang tepat jika didefinisikan sebagai tujuan keuangan. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan tujuan keuangan?
Tujuan keuangan bisa dibedakan antara yang single dan berkeluarga.
Biasanya, mereka yang single memang lebih bingung menentukan tujuan keuangan dibandingkan dengan mereka yang sudah berkeluarga. Bagi mereka yang single dan berkeluarga, tujuan-tujuan keuangan yang standar dan harus dimiliki adalah dana darurat.
Untuk yang single, biaya pernikahan yang sering terlupakan karena dianggap urusan orangtua. Padahal belum tentu juga orangtua bisa membiayai. Lalu rumah, Anda harus ingat bahwa harga rumah selalu naik. Kalau dari single sudah bisa mencicil, itu bagus banget. Atau, setidaknya mempunyai down payment (uang muka) untuk rumah.
Para lajang atau yang berkeluarga juga bisa menambah tujuan keuangan dengan menyiapkan dana pensiun. Ini, kan, investasi dalam jangka panjang. Bila dimulai dari muda, investasinya bisa dicicil dalam jumlah yang kecil. Kalau semakin tua, menabungnya semakin besar, kan? Satu lagi tujuan keuangan adalah dana rekreasi. Kenapa harus diangggarkan? Supaya kita tak berlebihan. Kadang kalau single, uangnya habis tidak jelas. Kalau direncanakan, liburan bisa lebih tertata karena kita sadar ada tujuan lain yang harus lebih diperhatikan.
 
Q: Apa saja asuransi yang harus dimiliki seseorang?
A: Asuransi harus dibedakan juga antara yang berkeluarga dan tidak. Bagi yang single, asuransi jiwa belum diperlukan. Jika asuransi kesehatan sudah ditanggung kantor, maka asuransi kecelakaan dan asuransi penyakit kritis (misalnya kanker, jantung, lupus) yang harus lebih diperhatikan.
Kalau sudah berkeluarga, wajib memiliki asuransi jiwa karena sudah memiliki anak. Siapa yang memiliki asuransi jiwa bisa ditentukan dari siapa yang menjadi pemberi nafkah utama untuk keluarga. Kalau suaminya bekerja, ya suami saja. Kalau dua-duanya bekerja dan penghasilan keduanya memengaruhi keuangan keluarga, ya berdua.

Selasa, 17 April 2012

Bagaimana Merencanakan Keuangan Keluarga?

Tahap paling penting dalam perencanaan keuangan ialah saat memulai perencanaan itu. Kalau salah merencanakannya, bisa-bisa tujuan perencanaan keuangan itu sendiri tidak akan tercapai.

Ada beberapa pertanyaan mendasar sebelum memulai penyusunan rencana keuangan. Beberapa pertanyaan tersebut, antara lain, apa saja yang harus Anda siapkan? Bagaimana cara mengenali kebutuhan keluarga agar tidak salah dalam menyusun rencana keuangan? Di luar itu, tentu masih banyak lagi.

Jujur itu kunci

Menurut Freddy Pieloor, perencana keuangan dari Moneynlove, pada saat Anda mulai menyusun rencana keuangan keluarga, kejujuran dan komunikasi yang baik bersama pasangan adalah hal mutlak dan paling mendasar. "Diskusikan secara terbuka apa yang akan Anda direncanakan. Jangan ada yang disembunyikan," kata Freddy.

Kalau syarat utama ini sudah terpenuhi, tahap selanjutnya akan mudah Anda lalui. Tahap tersebut, yakni, pertama, penetapan tujuan keuangan. Kedua, identifikasi pemasukan dan rencana pengeluaran. Ketiga, evaluasi atas rencana itu.

Wiwit Prayitno, konsultan keuangan dari Asuransicerdas.com, menguraikan, pada tahap menetapkan tujuan keuangan keluarga, Anda harus menjabarkannya secara detail tujuan penggunaan uang Anda. Sebagai contoh, tujuan Anda adalah membiayai pendidikan anak, memiliki rumah, mobil, menjalani liburan, dan seterusnya.

Dalam menetapkan tujuan keuangan tersebut, Anda harus bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. "Kebutuhan itu kalau Anda tidak memilikinya, maka hidup Anda akan selalu terganggu. Sebaliknya, keinginan itu muncul secara spontan," jelas Freddy.

Setelah menetapkan tujuan, Anda perlu memiliki disiplin tinggi agar tujuan keuangan tersebut tercapai. Tanpa disiplin, musykil tujuan tercapai.

Tahap kedua ialah menetapkan jumlah penghasilan dan pengeluaran. Dengan kata lain Anda harus tahu arus kas masuk dan arus kas keluar. Yang tergolong arus kas masuk (pendapatan) ialah gaji, tunjangan, bonus, serta penghasilan lain dari pekerjaan sampingan.

Freddy berpesan, pasangan suami istri yang sama-sama memiliki penghasilan harus rela menyatukan penghasilannya itu. "Gaji istri untuk keluarga dan gaji suami juga untuk keluarga," sambung Freddy.

Ingat, prinsip dasar dari keuangan adalah pendapatan harus lebih besar daripada pengeluaran. Ambil contoh, demi mengurangi pengeluaran wisata, Anda bisa menjarangkan berwisata, mengganti tujuan wisata dengan yang lebih murah, atau sama sekali menghapusnya jika tidak perlu.

Nah, ketika menetapkan jenis-jenis pengeluaran, Anda perlu menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasangan berdasarkan aktivitasnya. Bila suami seorang petugas marketing, mungkin perlu pengeluaran untuk membeli mobil. "Kalau istri bekerja hanya di kantor, mungkin tidak terlalu membutuhkan punya mobil sendiri," kata Freddy.

Dalam pos pengeluaran, perlu ada pos untuk pribadi. Untuk pos ini, prinsipnya, pengeluaran pribadi untuk suami dan istri harus seimbang. Tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil.

Tahap selanjutnya menetapkan pos pengeluaran sesuai tujuan. Guna mencapai hal itu, ada beberapa langkahnya.

Pertama, Anda perlu menyiapkan dana darurat keluarga berkisar antara enam sampai 12 kali pengeluaran bulanan. Dana darurat ini harus dipisahkan dari dana lain. Hal ini sangat penting, agar situasi darurat itu tidak menghancurkan rencana keuangan secara keseluruhan. Menurut Freddy, dana darurat ini harus didahulukan. Fungsi dana ini untuk kelangsungan keluarga bila sewaktu waktu musibah datang, misalnya, terkena PHK, keluarga sakit berat, dan sebagainya.

Kedua, membeli atau memiliki asuransi untuk mengantisipasi risiko yang tidak diinginkan. Yang utama, belilah asuransi untuk si pencari nafkah. Asuransi ini sangat penting keberadaannya untuk membentengi finansial keluarga apabila pencari nafkah terkena risiko tidak bisa mencari nafkah atau meninggal dunia.

Ketiga, melakukan investasi untuk mengembangkan kekayaan. Bentuk investasi bisa bertujuan untuk pendidikan anak atau tujuan lain dalam jangka panjang. Jumlahnya, minimal 20% dari penghasilan rutin Anda agar nilai uang tidak tergerus inflasi.

Freddy menyarankan, pada tahap awal, Anda bisa berinvestasi pada instrumen jangka pendek di bank seperti tabungan. "Setelah terakumulasi, misalnya selama satu tahun, dipindah ke deposito," kata Freddy. Pilihan lain berinvestasi ialah secara rutin membeli reksadana. "Sekarang ini banyak reksadana kelas ritel, bisa Rp 100.000 per bulan, biar lebih cepat berkembang dan tidak tergerus inflasi," jelas Freddy.

Keempat adalah mengeluarkan pos untuk kebutuhan rutin keluarga, mulai dari membayar listrik, tagihan kebersihan, hingga kebutuhan belanja bulanan. Nah, berhubung nilai belanja bulanan lumayan besar, sebaiknya Anda belanja menggunakan kartu tabungan atau debit. Syukur-syukur bila ada program promosi dari bank. Sebagai contoh, ada hadiah cash back yang secara otomatis masuk ke dalam rekening tabungan kita bila kita berbelanja dalam jumlah tertentu.

Tahap terakhir adalah tahap evaluasi. Evaluasi keuangan mempunyai fungsi untuk melihat apakah kita telah menyusun rencana yang baik, ada atau tidak kesalahan dari perencanaan tersebut, serta apakah perencanaan itu masih pada jalurnya untuk mewujudkan tujuan keuangan. Anda, misalnya, bisa beralih ke instrumen yang lebih menjanjikan jika portofolio lama kurang menguntungkan.

Kapan sebaiknya mengevaluasi rencana keuangan kita? "Bisa setiap enam bulan atau satu tahun," kata Freddy. Wiwit mengusulkan agar evaluasi dilakukan setiap tahun supaya tidak sering berubah.

Selamat merencanakan keuangan keluarga Anda